GANGGUAN FUNGSI PADA SISTEM GERAK
Disusun oleh: Hadiyatun Nasiroh, S.Pd
Gangguan sistem gerak dapat terjadi
pada tulang, persendian, dan otot. Penyebabnya bermacam-macam, karena infeksi
mikroorganisme, kerusakan fisik, gangguan fisiologis, kekurangan garam mineral,
beban aktivitas atau kesalahan sikap tubuh.
a.
Gangguan tulang, meliputi:
1)
Retak
Tulang : Retak tulang dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
· Fraktura sederhana, apabila tulang
yang retak tidak sampai melukai otot.
· Greenstick (retak tak lengkap),
apabila tulang hanya retak dan sebagian tidak sampai memisah.
· Fraktura tertutup, apabila tulang
yang patah menyebabkan otot terluka, tetapi tidak keluar dari kulit.
· Fraktura terbuka, apabila tulang
yang patah sampai mencuat keluar kulit.
2) Rakhitis,
adalah penyakit tulang menjadi rapuh karena kekurangan vitamin D. Penderita
gangguan ini memiliki tulang kaki berbentuk X atau O.
3) Hidrosefalus,
adalah kelainan yang disebabkan oleh pengumpulan yang abnormal dari cairan
spinal dan terjadi pelebaran rongga otak sehingga kepala membesar.
4) Mikrosepalus,
adalah kelainan yang disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan tulang tengkorak
karena kekurangan zat kapur pada waktu bayi. Hal ini menyebabkan kepala menjadi
kecil.
5) Osteoporosis,
adalah pengeroposan tulang sehingga meningkatkan risiko patah tulang,
terutama di pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan.
Selain
itu, osteoporosis adalah kelainan tulang berupa menurunnya kepadatan
tulang. Penyakit berupa pengeroposan tulang akibat kekurangan kalsium disebut
juga sebagai ‘tulang berpori’. Kondisi ini membuat tulang menjadi keropos
dan rentan retak.
Meski
begitu, Anda tidak perlu khawatir terhadap penyakit osteoporosis karena
jaringan tulang terus diperbarui dan tulang baru menggantikan tulang yang sudah
tua dan rusak. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan kepadatan tulang dan
integritas kristal dan strukturnya.
Kepadatan
tulang memuncak ketika seseorang berusia akhir 20-an. Setelah usia sekitar 35
tahun, tulang mulai menjadi lebih lemah. Seiring bertambahnya usia, tulang akan
rusak lebih cepat daripada yang terbentuk. Jika ini terjadi secara berlebihan,
dampaknya adalah muncul penyakit osteoporosis.
Mengutip
berbagai sumber, ada beberapa cara untuk meningkatkan kesehatan tulang dan
mencegah osteoporosis.
a)
Asupan
kalsium yang cukup
b)
Konsumsi
vitamin K
c)
Olahraga
d)
Kurangi
konsumsi alkohol
e)
Jangan
lupa juga untuk meningkatkan asupan vitamin D
f)
Kurangi
merokok
6)
Gangguan
pada Tulang Belakang, terjadi karena kedudukan tulang belakang bergeser dari
kedudukan normal. Kelainan pada tulang belakang ada beberapa macam, yaitu:
· Kifosis, jika tulang punggung
melengkung ke belakang, sehingga penderita kelihatan bungkuk.
· Skoliosis, jika tulang belakang
melengkung ke arah samping, sehingga badan tampak melengkung ke kiri atau ke
kanan.
· Lordosis, jika tulang belakang
melengkung ke depan yang menyebabkan kepala tertarik ke belakang.
b.
Gangguan Persendian,
dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu:
1)
Dislokasi,
adalah pergeseran kedudukan sendi karena sobek atau tertariknya ligamen.
2)
Keseleo,
gangguan persendian karena tertariknya ligamen sendi oleh gerakan tiba-tiba
atau yang tidak biasa dilakukan.
3)
Ankilosis,
adalah keadaan sendi tidak dapat digerakkan.
4)
Artritis
atau infeksi sendi, yaitu gangguan sendi karena pera-dangan pada sendi.
Artritis dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
· Reumatoid, yaitu penyakit kronis
pada jaringan penghubung sendi.
· Ostevartritis, yaitu penyakit sendi
karena menipisnya tulang rawan.
· Gautartritis, yaitu gangguan gerak
karena kegagalan metabolisme asam urat.
5) Osteoarthritis
adalah suatu kondisi yang menyebabkan sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan
bengkak. Osteoarthritis merupakan salah satu jenis arthritis yang
paling umum terjadi. Sendi yang paling sering mengalami
kondisi ini meliputi tangan, lutut, pinggul, dan tulang punggung. Tetapi tidak
menutup kemungkinan bahwa sendi-sendi yang lain juga bisa terserang
Dalam kasus osteoarthritis, tulang
rawan mengalami kerusakan secara perlahan. Tulang rawan sendiri merupakan
jaringan ikat padat yang kenyal, licin, serta elastis. Jaringan ini
menyelubungi ujung tulang pada persendian untuk melindunginya dari gesekan saat
ada pergerakan. Saat tulang rawan mengalami kerusakan, teksturnya yang licin
akan menjadi kasar. Seiring waktu, tulang akan bertabrakan dan sendi pun akan
terpengaruhi.
Berikut ini adalah sejumlah faktor
yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena osteoarthritis, di antaranya:
- Usia. Risiko
osteoarthritis akan meningkat seiring bertambahnya usia seseorang, khususnya
bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun.
-
Jenis
kelamin. Wanita lebih sering mengalami osteoarthritis dibandingkan pria.
- Cedera
pada sendi. Sendi yang mengalami cedera atau pernah menjalani operasi
memiliki kemungkinan osteoarthritis yang lebih tinggi.
- Obesitas. Berat
badan yang berlebihan menambah beban pada sendi sehingga risiko osteoarthritis
menjadi lebih tinggi.
- Faktor
keturunan. Risiko osteoarthritis diduga bisa diturunkan secara
genetika.
- Menderita kondisi
arthritis lain, misalnya penyakit asam urat atau rheumatoid
arthritis.
- Cacat
tulang, seperti pada tulang rawan atau pembentukan sendi.
- Pekerjaan
atau aktivitas fisik yang membuat seseorang mengalami penekanan di titik
tertentu secara terus-menerus.
Hal-hal
yang bisa dilakukan untuk meringankan gejala osteoarthritis, di antaranya:
-
Menurunkan
berat badan bagi penderita yang mengalami obesitas.
-
Rutin
berolahraga.
-
Menjalani
fisioterapi dan/atau terapi okupasi.
-
Menggunakan
alat khusus untuk membantu mengurangi rasa sakit saat berdiri atau berjalan.
- Mengonsumsi
obat-obatan tertentu, seperti obat pereda rasa sakit (misalnya paracetamol
dan obat antiinflamasi nonsteroid), atau obat antidepresan
(misalnya duloxetine). Selain itu, obat pereda nyeri topikal yang
dioleskan pada bagian yang sakit juga dapat digunakan untuk meredakan nyeri
ringan.
- Jika
langkah-langkah tersebut terbukti kurang efektif dan kondisi sendi cukup rusak,
dokter mungkin akan menyarankan operasi. Prosedur ini dilakukan untuk
memperbaiki, memperkuat, atau mengganti sendi agar pasien bisa lebih mudah
bergerak.
Pencegahan Osteoarthritis
Meskipun
osteoarthritis tidak dapat dicegah, penderita dapat meminimalisir potensi
mengalami kondisi yang lebih parah atau komplikasi yang dapat menyebabkan
kelumpuhan dengan melakukan beberapa hal, seperti:
-
Melakukan
olahraga secara rutin untuk menguatkan otot dan sendi.
-
Menjaga
postur tubuh saat duduk atau berdiri. Pastikan Anda meregangkan otot tubuh
sesering mungkin.
-
Menjaga
berat badan agar tidak mengalami obesitas.
c.
Gangguan Otot,
1)
Kejang
Otot, adalah gangguan otot karena melakukan aktivitas terus-menerus, sampai
akhirnya otot tidak mampu lagi berkontraksi karena kehabisan energi.
2)
Atropi,
adalah gangguan otot karena otot mengecil sehingga kemampuan untuk berkontraksi
hilang.
3)
Hipertropi,
adalah keadaan otot menjadi lebih besar dan kuat karena sering dilatih. Hal ini
terjadi pada tubuh atlet, misalnya binaragawan, atlet angkat besi, dan atlet
sepakbola.
4)
Tetanus,
adalah kejang otot yang disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.
5)
Kaku
Leher atau Stiff, terjadi karena otot leher mengalami peradangan akibat gerakan
atau hambatan yang salah sehingga leher terasa kaku.
6)
Hernia
Abdominalis, adalah sobeknya otot dinding perut yang lemah sehingga usus
melorot masuk ke rongga perut.
7)
Gejala
Cerebral Palsy
Cerebral palsy adalah sekelompok masalah yang mempengaruhi
gerakan tubuh dan postur tubuh. Penyakit
ini disebabkan oleh gangguan perkembangan otak, yang biasanya terjadi saat anak
masih di dalam kandungan, ketika proses persalinan atau dua
tahun pertama setelah kelahiran. Kelainan perkembangan otak menyebabkan seseorang
tidak dapat mengontrol gerakan dan mempengaruhi kekakuan otot.
Pada
anak yang terkena cerebral palsy, dapat timbul sejumlah gejala berikut
ini:
-
Kecenderungan
menggunakan satu sisi tubuh. Misalnya menyeret salah satu tungkai saat
merangkak, atau menggapai sesuatu hanya dengan satu tangan.
-
Terlambatnya
perkembangan kemampuan gerak (motorik), seperti merangkak atau duduk.
-
Gaya
berjalan yang tidak normal, seperti berjinjit, menyilang seperti gunting, atau
dengan tungkai terbuka lebar.
-
Otot
kaku atau malah sangat lunglai.
-
Tremor.
-
Kurang
merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri.
-
Gangguan
kecerdasan.
-
Gangguan
penglihatan dan pendengaran.
-
Gangguan
berbicara (disartria).
-
Kesulitan
dalam menelan (disfagia).
-
Kejang.
-
Keluhan
yang terjadi ini dapat bersifat permanen dan menimbulkan kecacatan.
Penyebab Cerebal
Palsy
-
Perubahan
pada gen, yang memiliki peran dalam perkembangan otak.
-
Infeksi
saat hamil yang menular pada janin. Contohnya cacar air, rubella, sifilis, infeksi toksoplasma, dan
infeksi cytomegalovirus.
-
Terganggunya
suplai darah ke otak janin (stroke janin).
-
Perbedaan
golongan darah rhesus antara ibu dan bayi.
-
Bayi
kembar dua atau lebih. Risiko terjadinya cerebral palsy akan
meningkat pada salah satu bayi yang selamat, apabila bayi yang lain meninggal
saat lahir.
-
Berat
badan bayi yang rendah saat lahir, yaitu kurang dari 2,5 kilogram.
-
Kurangnya
suplai oksigen pada otak bayi (asfiksia) selama proses persalinan.
-
Kelahiran
prematur, yaitu lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
-
Kelahiran
sungsang, yaitu lahir dengan kaki terlebih dulu keluar.
-
Radang
pada otak atau selaput otak bayi.
-
Penyakit
kuning yang meracuni otak (kernikterus).
-
Cedera
parah di kepala, misalnya akibat terjatuh atau kecelakaan.
Pengobatan Cerebral
Palsy
Metode pengobatan yang umumnya
diberikan pada penderita lumpuh otak adalah:
-
Obat-obatan
Obat-obatan digunakan untuk
meredakan nyeri atau melemaskan otot yang kaku, agar pasien lebih mudah untuk
bergerak. Jenis obat yang digunakan dapat berbeda, tergantung luasnya otot yang
kaku. Pada kaku otot yang hanya terjadi di
area setempat, dokter akan memberikan suntik botox (botulinum toxin) setiap 3 bulan. Sedangkan untuk kaku otot yang
terjadi di seluruh tubuh, dokter mungkin akan
meresepkan diazepam dan baclofen.
-
Terapi, di antaranya:
ü Fisioterapi.
ü Terapi okupasi. Terapi ini akan
sangat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian pasien.
ü Terapi bicara. bagi
pasien cerebral palsy yang mengalami gangguan bicara.
-
Operasi
Operasi diperlukan bila kaku otot
mengakibatkan kelainan pada tulang. Contohnya adalah
ü Bedah ortopedi. Prosedur
ini dilakukan untuk mengembalikan tulang dan sendi ke posisi yang benar.
ü Selective dorsal
rhizotomy (SDR). SDR akan dilakukan bila prosedur lain tidak mampu
mengatasi nyeri dan kaku otot. Prosedur ini dilakukan dengan memotong salah
satu saraf tulang belakang.
DAFTAR
PUSTAKA
Diniari, Embun Bening. 2018. Mengenal
Teknologi Sistem Gerak. https://blog.ruangguru.com/mengenal-teknologi-sistem-gerak. Internet.
Eddy. 2015. Gangguan atau Penyakit pada Sistem Gerak
Manusia. https://rangkuman-ipa.blogspot.com/2015/07/gangguan-atau-penyakit-pada-sistem-Gerak-Manusia.html. Internet.
Irnaningtyas,
dan Yossa Istiadi. 2016. Biologi untuk
SMA/MA Kelas XI. Erlangga: Jakarta.