Selasa, 18 Januari 2022

 

GANGGUAN FUNGSI PADA SISTEM GERAK

Disusun oleh: Hadiyatun Nasiroh, S.Pd

 


Gangguan sistem gerak dapat terjadi pada tulang, persendian, dan otot. Penyebabnya bermacam-macam, karena infeksi mikroorganisme, kerusakan fisik, gangguan fisiologis, kekurangan garam mineral, beban aktivitas atau kesalahan sikap tubuh.

a.    Gangguan tulang, meliputi:

1)   Retak Tulang : Retak tulang dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

·     Fraktura sederhana, apabila tulang yang retak tidak sampai melukai otot.

·     Greenstick (retak tak lengkap), apabila tulang hanya retak dan sebagian tidak sampai memisah.

·    Fraktura tertutup, apabila tulang yang patah menyebabkan otot terluka, tetapi tidak keluar dari kulit.

·     Fraktura terbuka, apabila tulang yang patah sampai mencuat keluar kulit.

2) Rakhitis, adalah penyakit tulang menjadi rapuh karena kekurangan vitamin D. Penderita gangguan ini memiliki tulang kaki berbentuk X atau O.

3) Hidrosefalus, adalah kelainan yang disebabkan oleh pengumpulan yang abnormal dari cairan spinal dan terjadi pelebaran rongga otak sehingga kepala membesar.

4)  Mikrosepalus, adalah kelainan yang disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan tulang tengkorak karena kekurangan zat kapur pada waktu bayi. Hal ini menyebabkan kepala menjadi kecil.

5)  Osteoporosis, adalah pengeroposan tulang sehingga meningkatkan risiko patah tulang, terutama di pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan.

Selain itu, osteoporosis adalah kelainan tulang berupa menurunnya kepadatan tulang. Penyakit berupa pengeroposan tulang akibat kekurangan kalsium disebut juga sebagai ‘tulang berpori’. Kondisi ini membuat tulang menjadi keropos dan rentan retak.

Meski begitu, Anda tidak perlu khawatir terhadap penyakit osteoporosis karena jaringan tulang terus diperbarui dan tulang baru menggantikan tulang yang sudah tua dan rusak. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan kepadatan tulang dan integritas kristal dan strukturnya.

Kepadatan tulang memuncak ketika seseorang berusia akhir 20-an. Setelah usia sekitar 35 tahun, tulang mulai menjadi lebih lemah. Seiring bertambahnya usia, tulang akan rusak lebih cepat daripada yang terbentuk. Jika ini terjadi secara berlebihan, dampaknya adalah muncul penyakit osteoporosis.

 

Mengutip berbagai sumber, ada beberapa cara untuk meningkatkan kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis.

a)    Asupan kalsium yang cukup

b)   Konsumsi vitamin K

c)    Olahraga

d)   Kurangi konsumsi alkohol

e)    Jangan lupa juga untuk meningkatkan asupan vitamin D

f)    Kurangi merokok

 

6)   Gangguan pada Tulang Belakang, terjadi karena kedudukan tulang belakang bergeser dari kedudukan normal. Kelainan pada tulang belakang ada beberapa macam, yaitu:

·     Kifosis, jika tulang punggung melengkung ke belakang, sehingga penderita kelihatan bungkuk.

· Skoliosis, jika tulang belakang melengkung ke arah samping, sehingga badan tampak melengkung ke kiri atau ke kanan.

·   Lordosis, jika tulang belakang melengkung ke depan yang menyebabkan kepala tertarik ke belakang.

 

b.   Gangguan Persendian,

dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

1)   Dislokasi, adalah pergeseran kedudukan sendi karena sobek atau tertariknya ligamen.

2)   Keseleo, gangguan persendian karena tertariknya ligamen sendi oleh gerakan tiba-tiba atau yang tidak biasa dilakukan.

3)   Ankilosis, adalah keadaan sendi tidak dapat digerakkan.

4)   Artritis atau infeksi sendi, yaitu gangguan sendi karena pera-dangan pada sendi. Artritis dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

·       Reumatoid, yaitu penyakit kronis pada jaringan penghubung sendi.

·       Ostevartritis, yaitu penyakit sendi karena menipisnya tulang rawan.

·       Gautartritis, yaitu gangguan gerak karena kegagalan metabolisme asam urat.

5) Osteoarthritis adalah suatu kondisi yang menyebabkan sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak. Osteoarthritis merupakan salah satu jenis arthritis yang paling umum terjadi. Sendi yang paling sering mengalami kondisi ini meliputi tangan, lutut, pinggul, dan tulang punggung. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa sendi-sendi yang lain juga bisa terserang

 Penyebab dan Faktor Risiko Osteoarthritis

Dalam kasus osteoarthritis, tulang rawan mengalami kerusakan secara perlahan. Tulang rawan sendiri merupakan jaringan ikat padat yang kenyal, licin, serta elastis. Jaringan ini menyelubungi ujung tulang pada persendian untuk melindunginya dari gesekan saat ada pergerakan. Saat tulang rawan mengalami kerusakan, teksturnya yang licin akan menjadi kasar. Seiring waktu, tulang akan bertabrakan dan sendi pun akan terpengaruhi.

Berikut ini adalah sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena osteoarthritis, di antaranya:

-   Usia. Risiko osteoarthritis akan meningkat seiring bertambahnya usia seseorang, khususnya bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun.

-       Jenis kelamin. Wanita lebih sering mengalami osteoarthritis dibandingkan pria.

-   Cedera pada sendi. Sendi yang mengalami cedera atau pernah menjalani operasi memiliki kemungkinan osteoarthritis yang lebih tinggi.

- Obesitas. Berat badan yang berlebihan menambah beban pada sendi sehingga risiko osteoarthritis menjadi lebih tinggi.

-      Faktor keturunan. Risiko osteoarthritis diduga bisa diturunkan  secara genetika.

-      Menderita kondisi arthritis lain, misalnya penyakit asam urat atau rheumatoid arthritis.

-      Cacat tulang, seperti pada tulang rawan atau pembentukan sendi.

-    Pekerjaan atau aktivitas fisik yang membuat seseorang mengalami penekanan di titik tertentu secara terus-menerus.

 

Hal-hal yang bisa dilakukan untuk meringankan gejala osteoarthritis, di antaranya:

-       Menurunkan berat badan bagi penderita yang mengalami obesitas.

-       Rutin berolahraga.

-       Menjalani fisioterapi dan/atau terapi okupasi.

-       Menggunakan alat khusus untuk membantu mengurangi rasa sakit saat berdiri atau berjalan.

-  Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat pereda rasa sakit (misalnya paracetamol dan obat antiinflamasi nonsteroid), atau obat antidepresan (misalnya duloxetine). Selain itu, obat pereda nyeri topikal yang dioleskan pada bagian yang sakit juga dapat digunakan untuk meredakan nyeri ringan.

-   Jika langkah-langkah tersebut terbukti kurang efektif dan kondisi sendi cukup rusak, dokter mungkin akan menyarankan operasi. Prosedur ini dilakukan untuk memperbaiki, memperkuat, atau mengganti sendi agar pasien bisa lebih mudah bergerak.

 

Pencegahan Osteoarthritis

Meskipun osteoarthritis tidak dapat dicegah, penderita dapat meminimalisir potensi mengalami kondisi yang lebih parah atau komplikasi yang dapat menyebabkan kelumpuhan dengan melakukan beberapa hal, seperti:

-       Melakukan olahraga secara rutin untuk menguatkan otot dan sendi.

-       Menjaga postur tubuh saat duduk atau berdiri. Pastikan Anda meregangkan otot tubuh sesering mungkin.

-       Menjaga berat badan agar tidak mengalami obesitas.

 

c.    Gangguan Otot,

1)    Kejang Otot, adalah gangguan otot karena melakukan aktivitas terus-menerus, sampai akhirnya otot tidak mampu lagi berkontraksi karena kehabisan energi.

2)    Atropi, adalah gangguan otot karena otot mengecil sehingga kemampuan untuk berkontraksi hilang.

3)    Hipertropi, adalah keadaan otot menjadi lebih besar dan kuat karena sering dilatih. Hal ini terjadi pada tubuh atlet, misalnya binaragawan, atlet angkat besi, dan atlet sepakbola.

4)    Tetanus, adalah kejang otot yang disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.

5)    Kaku Leher atau Stiff, terjadi karena otot leher mengalami peradangan akibat gerakan atau hambatan yang salah sehingga leher terasa kaku.

6)    Hernia Abdominalis, adalah sobeknya otot dinding perut yang lemah sehingga usus melorot masuk ke rongga perut.

7)    Gejala Cerebral Palsy

Cerebral palsy  adalah sekelompok masalah yang mempengaruhi gerakan tubuh dan postur tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan perkembangan otak, yang biasanya terjadi saat anak masih di dalam kandungan, ketika proses persalinan atau dua tahun pertama setelah kelahiran. Kelainan perkembangan otak menyebabkan seseorang tidak dapat mengontrol gerakan dan mempengaruhi kekakuan otot.

Pada anak yang terkena cerebral palsy, dapat timbul sejumlah gejala berikut ini:

-       Kecenderungan menggunakan satu sisi tubuh. Misalnya menyeret salah satu tungkai saat merangkak, atau menggapai sesuatu hanya dengan satu tangan.

-       Terlambatnya perkembangan kemampuan gerak (motorik), seperti merangkak atau duduk.

-       Gaya berjalan yang tidak normal, seperti berjinjit, menyilang seperti gunting, atau dengan tungkai terbuka lebar.

-       Otot kaku atau malah sangat lunglai.

-       Tremor.

-       Kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri.

-       Gangguan kecerdasan.

-       Gangguan penglihatan dan pendengaran.

-       Gangguan berbicara (disartria).

-       Kesulitan dalam menelan (disfagia).

-       Kejang.

-       Keluhan yang terjadi ini dapat bersifat permanen dan menimbulkan kecacatan.

 

Penyebab Cerebal Palsy

-       Perubahan pada gen, yang memiliki peran dalam perkembangan otak.

-       Infeksi saat hamil yang menular pada janin. Contohnya cacar air, rubella, sifilis, infeksi toksoplasma, dan infeksi cytomegalovirus.

-       Terganggunya suplai darah ke otak janin (stroke janin).

-       Perbedaan golongan darah rhesus antara ibu dan bayi.

-       Bayi kembar dua atau lebih. Risiko terjadinya cerebral palsy akan meningkat pada salah satu bayi yang selamat, apabila bayi yang lain meninggal saat lahir.

-       Berat badan bayi yang rendah saat lahir, yaitu kurang dari 2,5 kilogram.

-       Kurangnya suplai oksigen pada otak bayi (asfiksia) selama proses persalinan.

-       Kelahiran prematur, yaitu lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

-       Kelahiran sungsang, yaitu lahir dengan kaki terlebih dulu keluar.

-       Radang pada otak atau selaput otak bayi.

-       Penyakit kuning yang meracuni otak (kernikterus).

-       Cedera parah di kepala, misalnya akibat terjatuh atau kecelakaan.

 

Pengobatan Cerebral Palsy

Metode pengobatan yang umumnya diberikan pada penderita lumpuh otak adalah:

-       Obat-obatan

Obat-obatan digunakan untuk meredakan nyeri atau melemaskan otot yang kaku, agar pasien lebih mudah untuk bergerak. Jenis obat yang digunakan dapat berbeda, tergantung luasnya otot yang kaku. Pada kaku otot yang hanya terjadi di area setempat, dokter akan memberikan suntik botox (botulinum toxin) setiap 3 bulan. Sedangkan untuk kaku otot yang terjadi di seluruh tubuh, dokter mungkin akan meresepkan diazepam dan baclofen.

-       Terapi, di antaranya:

ü  Fisioterapi. 

ü  Terapi okupasi. Terapi ini akan sangat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian pasien.

ü  Terapi bicara. bagi pasien cerebral palsy yang mengalami gangguan bicara.

-       Operasi

Operasi diperlukan bila kaku otot mengakibatkan kelainan pada tulang. Contohnya adalah

ü  Bedah ortopedi. Prosedur ini dilakukan untuk mengembalikan tulang dan sendi ke posisi yang benar. 

ü  Selective dorsal rhizotomy (SDR). SDR akan dilakukan bila prosedur lain tidak mampu mengatasi nyeri dan kaku otot. Prosedur ini dilakukan dengan memotong salah satu saraf tulang belakang.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Diniari, Embun Bening. 2018. Mengenal Teknologi Sistem Gerak.  https://blog.ruangguru.com/mengenal-teknologi-sistem-gerak. Internet.

 

Eddy. 2015. Gangguan atau Penyakit pada Sistem Gerak Manusia. https://rangkuman-ipa.blogspot.com/2015/07/gangguan-atau-penyakit-pada-sistem-Gerak-Manusia.html. Internet.

 

Irnaningtyas, dan Yossa Istiadi. 2016. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Erlangga: Jakarta.

 

 

SISTEM SIRKULASI / SISTEM PEREDARAN DARAH / KARDIOVASKULER

 SISTEM PEREDARAN DARAH DARAH Darah terdiri dari plasma darah dalam berbentuk cair, serta sel-sel lainnya. Plasma darah yang terkandung di d...